Senin, 11 Februari 2013

Bintang Primitif Di Luar Galaksi Bima Sakti Terungkap


Sejumah ilmuwan pada European Southern Observatory (ESO) telah mengungkap bintang paling primitif di luar galaksi Bima Sakti. Bintang-bintang ini tersembunyi selama beberapa tahun, namun kini telah terdeteksi berkat observasi baru Teleskop ESO.


Diyakini bintang-bintang primitif itu telah terbentuk 13,7 juta tahun lalu, dari materi tepat setelah Big Bang. Menurut ESO, bintang-bintang itu dianggap “bintang dengan elemen logam sangat rendah” karena memiliki kurang dari seperseribu jumlah elemen logam yang ditemukan di bawah sinar matahari. Istilah “logam” pada astronomi merujuk kepada elemen yang lebih berat dari hydrogen dan helium.

Apa yang memungkinkan para ilmuwan mendeteksi elemen-elemen tersebut? Setiap elemen yang menyusun sebuah bintang, menyerap cahaya dari frekwensi warna tertentu. Ketika para astronom menganalisa cahaya bintang melalui spektograph, mereka menemukan “spectrum” dari bintang tersebut. Pedoman ini memungkinkan para ilmuwan dapat mengetahui apa jenis dari elemen dalam sebuah bintang dan berapa jumlahnya.

“Hanya perbedaan kecil yang membedakan sidik jari kimia dari sebuah bintang rendah logam normal dari bintang yang sangat rendah logam, dengan menjelaskan mengapa metode sebelumnya tidak berhasil dalam membuat identifkasi,” menurut ESO dalam siaran persnya.

Dengan analisa menyeluruh dari spectrum bintang dan informasi sangat terperinci yang disajikan UVES (Ultraviolet-Visual Echelle Spektrograph) pada Very Large Telescope, para ilmuwan dapat mengkonfirmasi keberadaan bintang primitif yang memiliki kandungan logam ekstrem rendah.

“Karya kami mengungkap beberapa bintang dalam galaksi ini bukan saja sangat menarik namun juga telah menyajikan tekhnik baru dan mutakhir untuk mengungkap lebih banyak lagi bintang-bintang primitif seperti itu,” ujar pimpinan riset, Dr. Else Starkenburg. Penemuan ini berarti kemajuan sangat penting pada bidang analisa perbintangan dan mereka kini telah membawa kita selangkah lebih dekat menuju pemahaman alam semesta serta bagaimana semua itu terbentuk.

Hanya saja, analisa baru ini masih membutuhkan cukup waktu. “Hanya sejumlah kecil bintang yang dapat diamati dengan cara ini karena sangat memakan waktu,” ujar peneliti Dr. Vanessa Hill dalam siaran persnya.

Riset itu diterbitkan di dalam jurnal Astronomy &Astrophisika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar